Aku nggak tahu harus menulis apa.
Jadi aku putuskan untuk menulis kekesalanku. Ternyata aku sering banget
melakukan tindakan bodoh, salah satunya tidak mengsave tulisanku. Hal yang
sangat fatal. Apalagi aku baru memulai mengaktifkan jemari dan aksaraku.
Temanku pernah berkata “menulis
itu perjuangan, Cha”. Ternyata ungkapan beliau benar. Aku merasakannya apalagi
setelah dua tahun lebih, aku vakum di dunia kepenulisan. Banyak alasan yang
tersembunyi dibalik sejuta aktivitas kuliahku. Aku mengenal dunia kepenulisan
sejak tahun 2010. Aku memang tak suka menulis terutama mengarang. Aku memang
suka mebaca buku namun untuk hal menulis atau mengarang, aku sangat tidak
menyukainya.
Pertemuanku pertama dengan dunia
penulisan berawal dari facebook baruku. Facebook yang tidak pernah ku sentuh,
akhirnya mempertemukanku dengannya. Berawal dari mengikuti kuis buku salah satu
penulis favoritku, Asma Nadia. Aku dipertemukan dengan salah satu peserta lomba
tersebut. Aku mengenalnya dengan nama pena Ica Bsp. Ica, panggilan akrabnya
mengajakku untuk ikut di dunia kepenulisan. Aku mulai diperkenalkan oleh
beberapa teman penulisnya. Hingga suatu hari, aku ditawarkan untuk mengikuti
kursus menulis online. Aku nggak pernah berpikir mengikuti kelas online apalagi
tentang dunia kepenulisan. Aku benci dunia menulis. Dengan bujuk rayu teman
penulisku yang lain, Edel. Aku memutuskan untuk mengikutinya. Tahap demi tahap
aku mulai menikmati proses menulis. Dari
yang buta banget tentang penulisan hingga sedikit tahu dan bertemu dengan
orang-orang keren.
Saat itu, aku mulai memberanikan
diri untuk mendalami dunia kepenulisan. Aku mulai mengikuti beberapa lomba dan
kejar deadline menulis. Ada gairah luar biasa ketika kejar-kejaran dengan
deadline dan rasa senang ketika sudah memenuhi target. Beberapa lomba yang aku
ikutin, kebanyakan nggak menang.hihihi… Tak apalah bila belum menang, aku
mengikuti lomba, hanya ingin melatih jemariku. Sekarang, Alhamdulillah aku baru melahirkan
tiga buku antologi, dua buku non fiksi dan satu puisi. Ada kesenangan
tersendiri ketika karya kita dibukukan.salah satu impian penulis adalah
melahirkan buku solo. Jadi kangen melahirkan karya kembali. Semangat menulis
kembali! ^_^
Dunia kepenulisan mengajarkan
banyak hal terutama menambah persaudaraan dimana-mana. Terutama perkenalanku dengan para sahabatku,
seperti Siti Fatimah, Sri Mulyanah, Ratih Ayu, Nicky Mas, Teh Lusi, Teh Yuli,
Teta. Awal pertemuan kita dalam kelas menulis online. Alhamdulillah hubungan
kita tetap terjaga meskipun jarak memisahkan. Jelas memisahkan karena kita
berbeda wilayah, Teh Yuli stay di Hongkong, Siti dan Sri di Palembang, Nicky di Bengkulu, Teta dan Teh
Lusi di Cikarang. Antara kita, ada yang sudah berkopi darat, ada pula yang
belum.
Ada gemesin, lucu, nyebeliln
bahkan rindu yang tertahan. Apalagi rasa pamer saat diantara mereka yang sudah
bertemu. Pamer foto dan kegiatan mereka bersama di jejaring social, facebook. Sejuta
rasa!hihihi.. ^_^
Dunia kepenulisan sudah
menemaniku jalan tiga tahun. Namun untuk tetap focus menulis, aku baru menulis
setahun awal dan selebihnya aku menggunakan media menulis sebagai terapi
emosiku.
Jangan ragu lagi untuk kembali mengasah aksaramu. Tak apalah bila tulisanmu belum sesuai prosedur. Mulailah menulis. Sekarang!!!
Menulis adalah terapi emosi yang
sangat dianjurkan. Dengan menulis, kita dapat mengendalikan emosi kita dan
menahan ledakan emosi. So pasti, uneg-uneg kita bisa keluar semua. Hehehe…
Kini, aku memulai untuk berlatih
menulis kembali. Menulis perlu perjuangan. Perjuangan mendisplinkan waktu. Menulislah
kembali, Kare! ^__^
Ruang Tamu, 1 November 2013
Echa Kare
Ruang Tamu, 1 November 2013
Echa Kare
Moga tetap semangat menulis. Ira
BalasHapusAamiin. Makasih teh Ira dah mampir. salam kenal. aku echa :)
BalasHapus