Jumat, 10 Februari 2012

Nasihat Luqman

Nasihat Luqman

"Wahai ayahku, apakah perilaku yang paling mulia bagi seseorang ?"
Luqman menjawab, "Agama."

"Jika sekiranya ada dua perilaku paling mulia itu ?"
Luqman menjawab, "Agama dan kekayaan."

"Jika sekiranya ada tiga ?"
Luqman menjawab, "Agama, kekayaan, dan rasa malu."

"Sekiranya ada empat ?"
Luqman menjawab, "Agama, kekayaan, rasa malu, dan akhlaq yang baik"

"Sekiranya ada lima ?"
Luqman menjawab, "Agama, kekayaan, rasa malu, akhlaq yang baik, dan kemurahan hati"

"Sekiranya ada enam ?"
Luqman menjawab, "Wahai anakku, jika kelima sifat ini ada pada diri seseorang, pastilah dia orang saleh dan suci yang menjadi kekasih Allah dan ditakuti setan.

S2 dulu atau Nikah??

Ketika sedang asyik-asyiknya berselancar dalam tulisan tiba-tiba nada ringtone tanda sms masuk berbunyi..

From: Echa
Apr 15, 2011 20:45
Teh, menurut teteh perempuan lanjut S2 gimana? Ada yang bilang, kuliah terus kapan nikahnya

Saya tersenyum. Sejenak berhenti melanjutkan jemari ini untuk menekan huruf-huruf yang tertera di keyboard sambil mengalihkan jemari ke handphone untuk membalas sms Echa tadi.

Haha.. kenapa dipusingin? Berapa banyak perempuan S2 juga nikah. Ada yang sambil, ada yang sebelum dan ada yang sesudah S2. Semua its ok aja..”

Tak lama kemudian, sms balasan dari Echa kembali saya terima
Iya juga ya teh, hehe.. Mohon doanya ya teh insyaAllah tanggal 8 Mei aku ujian masuk S2 kenotariatan di UNDIP. Sekarang gak mau ambil pusing. Makasih teteh.. :)"

Diakhiri wajah senyum, Echa menyudahi pertanyaannya melalui sms, namun diakhir saya kembali membalas sms nya..

Menjadi muslimah yang berdaya dan smart adalah HARUS! Dan menjadi muslimah yang manfaat dan taat pada suami dan bakti bagi keluarga adalah WAJIB! Sukses.”
Perbincangan kami berakhir.

Perbincangan singkat saya melalui sms dengan Echa, menarik diri saya untuk sedikit mengulas stigma yang sudah mengakar di masyarakat tentang perempuan “ngapain perempuan sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya ke dapur juga”. Lucu juga kadang mendengar hal atau stigma semacam ini. Padahal jelas-jelas dari berbagai sumber terutama sumber islami banyak yang mengatakan adalah suatu kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim, tidak pandang gender! mau lelaki ataupun perempuan. Salah satu hadist shahih yang terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah : “Tholabul ‘ilmi faridhotun a’la kulli muslimin” – Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim (laki-laki ataupun perempuan). Tidak hanya hadist ini, dalam Al-qur’an pun di katakan “Yarfaillahulladzi na’amanu minkum walladzi na’utu ilma darajat..” QS : Al-Mujadillah 11, bahwa sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat. Belum lagi surah Al-alaq yang memerintahkan kepada semua umat untuk “Iqra” – bacalah!. Penjelasan ayat tersebut adalah bukan hanya sekedar baca yang diartikan secara harfiah saja, namun lebih daripada itu adalah bahwa sesungguhnya setiap manusia dimuka bumi wajib untuk belajar memahami segala hal di sekelilingnya. Intinya, disuruh belajar juga bukan?.

Sudah banyak literature perintah yang menegaskan bahwa belajar itu merupakan hukum wajib bagi siapapun tanpa terkecuali. Bagi perempuan menuntut ilmu adalah bagian yang juga tak kalah penting. Saya agak kurang setuju jika tugas wanita hanya mengurus rumah tangga saja, tak usah belajar tinggi-tinggi. Bisa dibayangkan jika seorang perempuan tidak cerdas dan pandai, bagaimana generasi yang dilahirkannnya kelak?. Perempuan yang cerdas dan pandai akan lebih banyak membawa manfaat, tidak hanya bagi keluarganya namun juga bagi umat (sekitarnya). Contoh kecil saja, jika perempuan hanya terkungkung pada stigma-stigma yang tidak memberdayakan, bagaimana kelak jika ia menikah dan mempunyai seorang anak, kemudian ia tidak tahu bagaimana mendidik anaknya sesuai dengan jamannya? bagaimana menyampaikan hal yang positif bagi anaknya? Belum lagi bagaimana pula jika sang suami tiba-tiba di PHK, meninggal atau terkena musibah lain yang membuat suami jadi tidak bisa produktif kembali??. Jika perempuan nya tidak cerdas dan pandai maka sudah dapat di bayangkan akan seperti apa keadaan keluarganya. Namun jika si perempuan adalah seorang yang cerdas dan pandai, maka insyaAllah ia akan menjadi pelengkap yang luar biasa bagi anak dan suami nya kelak, bahkan dalam kondisi tidak baik sekalipun.

Saya cukup mengerti, mungkin saja stigma lain yang juga berkembang di masyarakat adalah, jika perempuan cerdas dan pintar akan careless terhadap rumah tangga dan keluarganya. Nah, inilah tantangan bagi para perempuan, terutama muslimah, untuk bagaimana tetap bisa mempertanggung jawabkan kodratnya. Tidak ada larangan untuk menuntut ilmu setinggi mungkin dan merengkuh cita-cita bahkan impian sekalipun, namun yang perlu diingat adalah tanggung jawab terhadap keluarga dan rumah tangga kelak jangan sampai terabaikan. Contoh yang luar biasa adalah sosok seorang Khadijah dan juga Aisyah. 2 orang wanita yang pintarnya luar biasa. Khadijah seorang entrepreneur wanita yang sangat sukses, namun tetap menyadari kodratnya sebagai seorang istri Muhammad dan juga ibu bagi anak-anaknya. Tidak kalah dengan Khadijah, sosok Aisyah, yang dikatakan dalam salah satu buku Ensklopedi Leadership & Manajemen Muhammad SAW : Edisi Membina Keluarga Harmonis ala Rasulullah bahwa kepintaran Aisyah sangat luar biasa. Bahkan ada salah satu hadist mengatakan bahwa kepintaran Aisyah di ibaratkan dengan gabungan kepintaran seluruh wanita di dunia. Bisa dibayangkan betapa pintarnya sosok Aisyah. Namun disisi lain betapapun pintarnya Aisyah, ia tahu betul bagaimana kodratnya sebagai istri.

Kalau soal, jika nanti sekolah tinggi (S2) lalu kapan menikahnya, itu bukanlah hal yang harus di perdebatkan terlebih di persoalkan. Menikah bisa dilakukan sebelum melanjutkan studi, sambil atau bahkan sesudah. Itu adalah pilihan. Yang terpenting adalah, dan mesti di tekankan bahwa segala sesuatu di barengi dengan konsekwensi. Ya jika memilih lanjut kuliah dulu, bisa saja. Toh bisa di barengi pula, siapa tahu sambil kuliah bisa sambil dapet jodoh, ya kan? Atau juga bisa sambil kuliah terus menikah, itu juga pilihan. Jelasnya, keduanya bisa dijalankan beriringan atau satu-satu dulu, semua itu pilihan. Asal niat yang nggak boleh adalah menunda-nunda untuk menikah, itu yang sangat tidak disarankan.

Jadi bagi para perempuan (muslimah) tidak usah ragu dan khawatir lagi, dengan pilihan-pilihan apakah S2dulu atau nikah dulu. Ingat, menuntut ilmu itu wajib!, meski tidak harus dilakukan dalam lingkungan formal. S2 atau menikah, keduanya bisa dilakukan sejalan beriiringan ataupun satu-satu diselesaikan, semua bukan masalah. Hanya kadang hal ini menjadi masalah menurut keluarga kita atau bahkan sekeliling kita. Namun begitu kita yang menentukan hidup kita mau dibawa kemana bukan? So, pilihlah segalanya yang terbaik menurut anda dan sadarilah segalanya sudah satu paket dengan segala konsekwensinya. Be responsible!. Dan ingat, setinggi apapun ilmu anda duhai para perempuan, anda tetaplah seorang makmum bagi suami anda. Jadi, tetaplah menjadi istri dan ibu yang bijak dan baik serta menjadi pelengkap yang menyempurnakan bagi suami dan anak-anak anda kelak.

Semoga bermanfaat!!
Rie

Ide tertuang di Riau, Pekanbaru
Tulisan dirampungkan di Ciputat, 05 Mei 2011, 12:37

Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=207928952575418

Regarding Love dan Marrige

Idea : Arvan Pradiansyah
Written by : Riri Artakusuma

Cinta ku sederhana. Bagai siang bertemu malam, Bagai bulan bersanding dengan sang bintang, selalu bersama mengiring untuk saling mengisi dan melengkapi. Sesederhana itulah setiap harinya dan kan selamanya perumpaan cinta yang kan ku beri pada mu.  –RA-

Sunguh sebuah pembuka hari yang sangat indah, ketika di Jum’at pagi ini saya kembali berkesempatan untuk mendampingi Arvan Pradiansyah, narasumber program Smart Happiness di smartfm. Bertepatan dengan ulang tahun sang istri, Mas Arvan, begitu saya biasa memanggil beliau, mengajak saya untuk membahas  tentang cinta dan pernikahan dengan topik “Regarding Love & Marriage”. Sungguh topik yang saya yakini tak hanya indah di telinga saya, namun juga di telinga para pendengar setia smart happiness.

Sebelum membahas topik ini, saya sempat melihat wajah Mas Arvan penuh dengan mata yang berkaca-kaca. Nampak haru rupanya, beliau merefleksikan cinta dan pernikahannya dengan sang istri tercinta. Apalagi setelah lagu “Through Years by Kenny Rogers” di putar sebelum perbincangan di mulai, nampak air mata itu semakin terlihat. Namun lebih jauh saya tidak akan membahas suasana haru tersebut. Saya ingin menuliskan apa yang telah saya dengar dan dapatkan pagi ini.

Ada seorang bijak yang mengatakan “the highest happiness on earth is marriage”. Pernikahan merupakan jalan yang baik untuk menyempurnakan hidup. Karena dengan menikah dua pasang manusia bisa saling melengkapi.  Mungkin ada yang tidak setuju dengan pendapat ini, bahwa menikah merupakan jalan menyempurnakan hidup dan saling melengkapi. Tak apa. Silahkan saja, karena menikah atau tidak itu berpulang pada pilihan masing-masing. Namun, karena saya sebagai muslim, saya meyakini bahwa menikah adalah suatu jalan yang sangat dicintai, tidak hanya oleh Tuhan saya tapi juga manusia termulia yang saya junjung tinggi, Muhammad SAW.

Bahkan saking karena menikah merupakan sunnah nya yang sangat dianjurkan, beliau mengatakan “An-nikahu sunnati, Faman raghiba assunati falaysaa minni. – Menikah adalah sunnah ku, maka siapa yang tidak menjalankan sunnah ku, maka dia bukanlah bagian dari ummat ku..”. Saya pun meyakini bahwa Tuhan punya maksud yang lebih maknawi, dengan menganjurkan ummat nya untuk menikah. Bukan sekedar untuk berbagi cinta, lebih dari itu adalah untuk melengkapi kehidupan kita yang secara lahiriyah memang ditakdirkan tidak bisa hidup sendiri. Kembali kepada perbincangan saya dengan Mas Arvan pagi ini, tentang sebuah pernikahan, bahwa ada 5 point yang mesti diperhatikan untuk mencapai sebuah perkawinan yang bahagia.

1.   Perkawinan yang bahagia sesungguhnya bukanlah perkawinan yang tanpa masalah
Tidak ada sebuh perkawinan yang hadir tanpa masalah. Bahkan kita hidup didunia ini sudah satu paket dengan sebuah masalah. Apalagi sebuah perkawinan. Hal ini mesti disadari karena memang sesunguhnya perkawinan hadir dari dua orang yang berbeda. Berbeda watak, berbeda culture. Jadi hampir tidak mungkin jika perkawinan tanpa masalah. Perkawinan yang bahagia itu adalah perkawinan yang bisa menyelesaikan sendiri semua persoalan yang dihadapi dengan cinta dan kepercayaan. Karenanya perkawinan harus dibangun dengan sebuah kedewasaan diantara keduanya (suami & istri).

2.     Sebuah perkawinan hanya bisa bertahan jika ia melahirkan cinta kedua
Dalam perkawinan harus ada 2 cinta. Cinta pertama adalah cinta birahi dan cinta yang kedua adalah cinta yang universal. Dalam bahasa arab dikenal dengan mawaddah dan rahmah. Perkawinan awalnya mesti dilandasi mawaddah terlebih dahulu. Karena jika tidak diawali mawaddah maka tidak mungkin perkawinan itu menjadi sesuatu yang menarik dan menggairahkan. Namun begitu jika dalam perkawinan cinta tersebut tidak berkembang menjadi rahmah, menjadi cinta yang universal, maka perkawinan tersebut akan bercerai. Cinta birahi sifatnya hanya mementingkan diri sendiri dan ia akan mudah memudar, sedangkan dalam perkembangannya seharusnya dalam perkawinan mesti dikembangkan cinta yang lebih tulus, tanpa pamrih, cinta yang berusaha memberi bukan meminta. 

3.     Hadiah terbesar oleh seorang ayah kepada anak-anaknya adalah mencintai ibu mereka
Jangan pernah anda mengatakan mencintai anak-anak anda, jika dengan ibu mereka saja anda tidak sayang. Dalam sebuah penelitian membuktikan, bahwa seorang anak yang melihat ibunya diperlakukan buruk oleh ayahnya, itu akan jauh lebih membuat diri si anak terluka daripada jika dirinya sendiri diperlakukan buruk oleh ayahnya. So, renungkanlah kalimat ini.

4.     Perkawinan itu sesungguhnya adalah perjanjian di depan Tuhan
Pesan terbesar dari point ke 4 ini adalah, bagaimana sepasang suami dan istri mampu untuk menjaga komitmennya dalam sebuah perkawinan. Komitmen dalam perkawinan bukan semata-mata perjanjian di hadapan manusia, tapi juga di hadapan tuhan. Bahwa seorang istri ataupun suami berjanji untuk menjaga perkawinan selamanya sampai mati. Jika saja komitmen dengan tuhan ini diabaikan maka bagaimana dengan komitmen-komitmen lainnya? Apakah orang yang tidak menjaga komitmen, mampu di percaya??

5.     Ujian dari sebuah perkawinan adalah sebuah kesempatan
Apakah anda setia dengan pasangan anda, akan di uji dengan berbagai kesempatan-kesempatan. Mintalah pada tuhan untuk menutup kesempatan-kesempatan yang membuat anda tidak setia dengan pasangan anda.

Itulah 5 poin yang kami perbincangkan pada pagi ini, tentang bagaimana perkawinan yang bahagia. Saya ingin menekankan bahwa apa yang saya dan Mas Arvan perbincangkan pagi ini, dengan menjabarkan kelima poin diatas, adalah merupakan penambahan khasanah pengetahuan saja, bagaimana agar perkawinan bisa selaras dan berjalan bahagia. Masih banyak referensi-referensi lainnya yang mungkin bisa anda dapatkan untuk lebih memahami dan belajar membina keluarga dan perkawinan yang tidak hanya sakinah, namun juga mawaddah wa rahmah.

Sebuah pengetahuan yang sangat baik sekali untuk bisa kita aplikasikan di kehidupan, terutama bagi anda yang memang sudah menikah. Semoga sedikit rangkuman ini bisa menambah pengetahuan anda untuk lebih baik menjaga kualitas cinta dan kasih sayang anda dalam perkawinan bersama dengan pasangan anda. Lantas, bagaimana dengan yang belum menikah?. Jadikan apa yang kita ketahui saat ini sebagai bekal untuk bisa kita aplikasikan kelak kita menikah dan hidup dalam sebuah perkawinan bersama pasangan kita. Dan sungguh sebuah kata yang bijak sekali, yang disampaikan oleh Mas Arvan, bahwa “janganlah anda mencari pasangan yang tepat untuk diri anda, namun jadilah pasangan yang tepat bagi pasangan anda saat ini, dan selamanya”.

The happiest Marriage is if you are falling in love many times and always with the same person –Arvan Pradiansyah-

"Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan “kerja”. Ia diwarnai oleh beban-beban dan kewajiban-kewajiban. Landasan rumah tangga bukan semata kesenangan dan romantika, melainkan tolong menolong , saling menyempurnakan, saling mengasihi, dan saling membesarkan hati untuk menanggung beban hidup"  -Hassan Al-Banna-

Semoga bermanfaat!! 

Rie
Grha Mandiri, Jum'at, 12 Agustus 2011, 12.30
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=245189232182723

Ketika Cantik Saja Tidak Cukup

 Sahabat ku, ketika kau ingin menjadi wanita yang dicinta, ketahuilah bahwa cantik saja tidak cukup. Mengerti, itu lebih dari sekedar cinta

Sahabat ku, ketika kau ingin menjadi wanita yang dicinta, ketahuilah bahwa cantik saja tidak cukup. Perhatian mu terhadap orang yang kau cinta dengan kadar yang terus bertambah setiap harinya, itu lebih dari sekedar pelepas dahaga.

Sahabat ku, ketika kau ingin menjadi wanita yang dicinta, ketahuilah bahwa kulit putih dan paras cantik wajah mu saja tidak cukup, tapi ketulusan mu dalam ikatan hubungan, itu seperti indahnya bintang ketika bersanding dengan terangnya bulan.

Sahabat ku, ketika kau ingin menjadi wanita yang dicinta, ketahuilah bahwa cantik mu saja tidak cukup. Keikhlasan mu menerima segala lebih dan kurangnya dari lelaki yang kau cinta, seperti halnya air sungai yang terus mengalir ke hilir, hingga terus menjadi jernih dan menjadi baru.

Sahabat ku, ketika kau ingin menjadi wanita yang dicinta, ketahuilah bahwa cantik saja tidak cukup. Kebersahajaan mu akan memperindah dirimu dan kasih dalam hubunganmu.

Sahabat ku, ketika kau ingin menjadi wanita yang dicinta, ketahuilah bahwa cantik saja tidak cukup. Lemah lembutmu akan menjadi penawar yang paling mujarab disaat pasanganmu resah dan gundah.

Sahabat ku, ketika kau ingin menjadi wanita yan dicinta, ketahuilah bahwa cantik saja tidak cukup. Kesederhanaan mu akan selalu membuatnya bersyukur ketika bersanding dengan mu.

Sahabat ku, ketika cantik saja tidak cukup, adalah satu harapan bahwa kesederhanaan, kebersahajaan, keikhlasan dan pengertian, menjadi penghias hubungan mu yang indah dengan orang yang kau cinta. Semoga kau temukan senyum yang tak pernah pudar dari orang yang kau cinta, seperti bahagianya Ali atas senyum kesabaran dan keikhlasan Fathimah.

Ruang putih ku, Desember 16, 2011.
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=309559525745693