Ketika sedang asyik-asyiknya berselancar dalam tulisan tiba-tiba nada ringtone tanda sms masuk berbunyi..
From: Echa
Apr 15, 2011 20:45
“Teh, menurut teteh perempuan lanjut S2 gimana? Ada yang bilang, kuliah terus kapan nikahnya ”
Saya
tersenyum. Sejenak berhenti melanjutkan jemari ini untuk menekan
huruf-huruf yang tertera di keyboard sambil mengalihkan jemari ke
handphone untuk membalas sms Echa tadi.
“Haha.. kenapa
dipusingin? Berapa banyak perempuan S2 juga nikah. Ada yang sambil, ada
yang sebelum dan ada yang sesudah S2. Semua its ok aja..”
Tak lama kemudian, sms balasan dari Echa kembali saya terima
“Iya
juga ya teh, hehe.. Mohon doanya ya teh insyaAllah tanggal 8 Mei aku
ujian masuk S2 kenotariatan di UNDIP. Sekarang gak mau ambil pusing.
Makasih teteh.. :)"
Diakhiri wajah senyum, Echa menyudahi pertanyaannya melalui sms, namun diakhir saya kembali membalas sms nya..
“Menjadi
muslimah yang berdaya dan smart adalah HARUS! Dan menjadi muslimah yang
manfaat dan taat pada suami dan bakti bagi keluarga adalah WAJIB!
Sukses.”
Perbincangan kami berakhir.
Perbincangan
singkat saya melalui sms dengan Echa, menarik diri saya untuk sedikit
mengulas stigma yang sudah mengakar di masyarakat tentang perempuan “ngapain perempuan sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya ke dapur juga”.
Lucu juga kadang mendengar hal atau stigma semacam ini. Padahal
jelas-jelas dari berbagai sumber terutama sumber islami banyak yang
mengatakan adalah suatu kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim,
tidak pandang gender! mau lelaki ataupun perempuan. Salah satu hadist
shahih yang terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah : “Tholabul ‘ilmi faridhotun a’la kulli muslimin”
– Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim (laki-laki ataupun
perempuan). Tidak hanya hadist ini, dalam Al-qur’an pun di katakan “Yarfaillahulladzi na’amanu minkum walladzi na’utu ilma darajat..” QS : Al-Mujadillah 11, bahwa sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat. Belum lagi surah Al-alaq yang memerintahkan kepada semua umat untuk “Iqra”
– bacalah!. Penjelasan ayat tersebut adalah bukan hanya sekedar baca
yang diartikan secara harfiah saja, namun lebih daripada itu adalah
bahwa sesungguhnya setiap manusia dimuka bumi wajib untuk belajar memahami segala hal di sekelilingnya. Intinya, disuruh belajar juga bukan?.
Sudah
banyak literature perintah yang menegaskan bahwa belajar itu merupakan
hukum wajib bagi siapapun tanpa terkecuali. Bagi perempuan menuntut ilmu
adalah bagian yang juga tak kalah penting. Saya agak kurang setuju jika
tugas wanita hanya mengurus rumah tangga saja, tak usah belajar
tinggi-tinggi. Bisa dibayangkan jika seorang perempuan tidak cerdas dan
pandai, bagaimana generasi yang dilahirkannnya kelak?. Perempuan yang
cerdas dan pandai akan lebih banyak membawa manfaat, tidak hanya bagi
keluarganya namun juga bagi umat (sekitarnya). Contoh kecil saja, jika
perempuan hanya terkungkung pada stigma-stigma yang tidak memberdayakan,
bagaimana kelak jika ia menikah dan mempunyai seorang anak, kemudian ia
tidak tahu bagaimana mendidik anaknya sesuai dengan jamannya? bagaimana
menyampaikan hal yang positif bagi anaknya? Belum lagi bagaimana pula
jika sang suami tiba-tiba di PHK, meninggal atau terkena musibah lain
yang membuat suami jadi tidak bisa produktif kembali??. Jika perempuan
nya tidak cerdas dan pandai maka sudah dapat di bayangkan akan seperti
apa keadaan keluarganya. Namun jika si perempuan adalah seorang yang
cerdas dan pandai, maka insyaAllah ia akan menjadi pelengkap yang luar
biasa bagi anak dan suami nya kelak, bahkan dalam kondisi tidak baik
sekalipun.
Saya cukup mengerti, mungkin saja stigma lain yang juga berkembang di masyarakat adalah, jika perempuan cerdas dan pintar akan careless
terhadap rumah tangga dan keluarganya. Nah, inilah tantangan bagi para
perempuan, terutama muslimah, untuk bagaimana tetap bisa mempertanggung
jawabkan kodratnya. Tidak ada larangan untuk menuntut ilmu setinggi
mungkin dan merengkuh cita-cita bahkan impian sekalipun, namun yang
perlu diingat adalah tanggung jawab terhadap keluarga dan rumah tangga
kelak jangan sampai terabaikan. Contoh yang luar biasa adalah sosok
seorang Khadijah dan juga Aisyah. 2 orang wanita yang pintarnya luar
biasa. Khadijah seorang entrepreneur wanita yang sangat sukses, namun
tetap menyadari kodratnya sebagai seorang istri Muhammad dan juga ibu
bagi anak-anaknya. Tidak kalah dengan Khadijah, sosok Aisyah, yang
dikatakan dalam salah satu buku Ensklopedi Leadership & Manajemen Muhammad SAW : Edisi Membina Keluarga Harmonis ala Rasulullah bahwa
kepintaran Aisyah sangat luar biasa. Bahkan ada salah satu hadist
mengatakan bahwa kepintaran Aisyah di ibaratkan dengan gabungan
kepintaran seluruh wanita di dunia. Bisa dibayangkan betapa pintarnya
sosok Aisyah. Namun disisi lain betapapun pintarnya Aisyah, ia tahu
betul bagaimana kodratnya sebagai istri.
Kalau soal, jika
nanti sekolah tinggi (S2) lalu kapan menikahnya, itu bukanlah hal yang
harus di perdebatkan terlebih di persoalkan. Menikah bisa dilakukan
sebelum melanjutkan studi, sambil atau bahkan sesudah. Itu adalah
pilihan. Yang terpenting adalah, dan mesti di tekankan bahwa segala
sesuatu di barengi dengan konsekwensi. Ya jika memilih lanjut kuliah
dulu, bisa saja. Toh bisa di barengi pula, siapa tahu sambil kuliah bisa
sambil dapet jodoh, ya kan? Atau juga bisa sambil kuliah terus
menikah, itu juga pilihan. Jelasnya, keduanya bisa dijalankan
beriringan atau satu-satu dulu, semua itu pilihan. Asal niat yang nggak
boleh adalah menunda-nunda untuk menikah, itu yang sangat tidak
disarankan.
Jadi bagi para perempuan (muslimah)
tidak usah ragu dan khawatir lagi, dengan pilihan-pilihan apakah S2dulu
atau nikah dulu. Ingat, menuntut ilmu itu wajib!, meski tidak harus
dilakukan dalam lingkungan formal. S2 atau menikah, keduanya bisa
dilakukan sejalan beriiringan ataupun satu-satu diselesaikan, semua
bukan masalah. Hanya kadang hal ini menjadi masalah menurut keluarga
kita atau bahkan sekeliling kita. Namun begitu kita yang menentukan
hidup kita mau dibawa kemana bukan? So, pilihlah segalanya yang terbaik
menurut anda dan sadarilah segalanya sudah satu paket dengan segala
konsekwensinya. Be responsible!. Dan ingat, setinggi apapun
ilmu anda duhai para perempuan, anda tetaplah seorang makmum bagi suami
anda. Jadi, tetaplah menjadi istri dan ibu yang bijak dan baik serta
menjadi pelengkap yang menyempurnakan bagi suami dan anak-anak anda
kelak.
Semoga bermanfaat!!
Rie
Ide tertuang di Riau, Pekanbaru
Tulisan dirampungkan di Ciputat, 05 Mei 2011, 12:37
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=207928952575418
wkwkwk
BalasHapuswalahhh... ada uda euy. jadi malu. hihihi.. makasih dah mampir uda ^_^
BalasHapus