Kamis, 26 September 2013

Buku Harian Seorang Dokter Anak

           Para orangtua dan guru yang saya cintai di mana pun Anda berada. Dialah Mei Levin, seorang dokter anak yang telah lebih dari 20 tahun mengabdikan dirinya untuk pendidikan anak. Setiap hari dia selalu membuat catatan harian untuk permasalah ana yang pernah dihadapi dan ditanganinya, hingga pada akhirnya dia membuat catatan dalam buku hariannya yang begitu menyentuh perasaan kita yang paling dalam.
Mari kita simak tulisan yang begitu menyentuh perasaan ini:
Saya adalah seorang dokter anak tapi saya lebih terobsesi tidak hanya untu membuat tubuh seorang anak sehat tetapi untuk membantunya mencapai sukses dalam mengarungi hidupnya. Selama beberapa tahun menghadapi berbagai macam situasi, saya menemukan banyak anak-anak yang merasa putus asa karena meskipun mereka bertekad untuk belajar dengan baik tetap saja dianggap mengecewakan guru dan orangtuanya. Saya menyimpulkan bahwa membantu anak-anak seperti ini juga menjadi bagian dari tanggungjawab seorang dokter anak.
Anak-anak yang tak mampu mengoperasikan pikiran mereka sesuai yang diharapkan sangatlah menderita. Sementara orangtua mereka pun tentu dibuat sulit tidur memikirkan anaknya yang dikatakan tidak mampu belajar oleh sekolahnya. Guru sering merasa kesal dan kadang merasa putus asa melihat kemunduran muridnya tanpa bisa mengerti apa penyebabnya.
Sebagian anak harus membayar mahal kodrat berpikir yang mereka bawa sejak lahir. Bukan salah mereka jika memiliki otak yang sulit memahami perintah, seperti mengeja dengan benar, menulis dengan baik, membaca dengan cepat, mengerjakan secara sistematis terutama dalam soal hitungan. Ketika dewasa saya melihat sebagian besar dari mereka banyak yang menjadi sukses namun pada masa sekolah mereka sievaluasi dengan tanpa belas kasihan. Setelah melihat betapa pedihnya kegagalan di usia dini itu saya berkomitmen untuk mencurahkan segenap perhatian saya untuk membantu anak-anak ini, orangtua serta para gurunya. Yang semuanya disebabkan ketidaktahuan kita tentang system kerja otak yang berbeda-beda yang dimiliki oleh masing-masing anak.
Sering kali dalam setiap perjalanan ke rumah saya menangis jika mengingat cerita anak-anak yang menjalani proses sekolah ssebagai suatu hal yang membuat mereka merasa tertekan dan terhina. Banyak di antara mereka yang harus menerima label yang diberikan kepada mereka sebagai anak yang menderita kelainan tetap yang sering disebut sebagai ADD dan LD. Sementara sebagian lainnya mau tidak mau dipaksa untuk harus menelan obat-obat penenang, agar mereka bisa lebih tenang. Namun, ternyata siksaan itu belumlah cukup banyak pelajar yang sungguh-sunggu tertekan dan mengalami depresi berat akibat masyarakat yang keranjingan untuk melakukan berbagai tes yang katanya untuk membuat masa depan mereka lebih baik, namun nyatanya malah lebih banyak membuat mereka menjadi anak yang gagal dan bermasalah.
Saya tidak ingin berdiam diri untuk membiarkan hal ini berlangsung terus pada ana kita, dari generasi ke generasi. Saya sunggu terpukul saat saya menerima surat dari seorang anak yang isinya seperti ini:
Dr. Levis, saya adalah anak tolol yang tidak pernah bisa melakuakan segalanya dengan baik. Ibu guru saya selalu berteriak-teriak kepada saya. Rasanya memang benar bahwa saya adalah anak yang paling tolol di kelas, mungkin saya memang dilahirkan demikian.
Sesungguhnya tak seorang anak pun boleh merasa seperti ini, saya tidak akan pernah membuarkan hal ini terjadi dan terjadi lagi pada anak-anak di negeri ini. Apalagi dengan seluruh hasil pengetahuan dan penelitiab yang banyak saya ketahui saat ini telah membuktikan bahwa ini semua bukan salah mereka. Ini semua adalah salah kita yang tidak bisa memahami dan menciptakan system pembelajaran yang sesuai dengan cara otak mereka bekerja.
Para orangtua dan guru yang berbahagia, dimana pun Anda berad, mari kita renungkan tulisan yang begitu menyentuh perasaan ini. Tidakkah kita merasa bahwa selama ini kita telah banyak bebbuat salah pada anak-anak kita dan anak didik kita?

Salah satu kisah dalam buku “I Love U, Ayah Bunda. Kumpulan Kisah Inspirasi Pendidikan dan Parenting Terbaik Ayah Edy di Radio Smart FM” karya Ayah Edy.

Rabu, 25 September 2013

Jangan Terburu-buru Memulai Hubungan Baru

“Jangan terburu-buru memulai hubungan baru. Jangan sampai Anda hanya mengulang masalah yang sama dengan orang yang berbeda.” (Indra Noveldy dan Nunik Hermawati)

Tulisan ini saya tujukan untuk Anda yang pernah gagal membangun sebuah hubungan. Mungkin pernikahan yang gagal atau malah pernikahan Anda sendiri yang kandas. Anda tentu tidak ingin mengalami masalah yang sama.

Berikanlah waktu yang cukup bagi Anda untuk melakukan intropeksi. Berikan waktu yang cukup untuk merasakan kesedihan Anda. Berikan waktu yang cukup untuk Anda menghimpun kekuatan kembali untuk bangkit.

Saat Anda mengalami kegagalan dalam pernikahan, apakah Anda sudah tahu penyebabnya? Apakah Anda sudah belajar dari pengalaman tersebut? Banyak yang berpikir jika sudah gagal pasti dia sudah mengambil pembelajaran dari kegagalan tersebut. Sayangnya, hal ini tidak sepenuhnya benar. Jangan sampai Anda rugi dua kali, gagal dan tidak mengambil pembelajaran dari kegagalan tersebut. Hal yang sama juga berlaku jika Anda hendak membangun hubungan dengan seseorang yang baru saja mengalami kegagalan dalam pernikahannya.

Jika Anda terburu-buru memulai sebuah hubungan baru, mungkinkah Anda sebenarnya sedang melarikan diri dari kesedihan akibat gagal sebelumnya? Mungkinkah Anda hanya bisa melihat apa yang ingin Anda lihat dari calon Anda? Mungkinkah Anda hanya melihat “kelebihan” calon Anda dibandingkan mantan Anda? Mungkinkah perasaan Anda dan kegalauan Anda “dimanfaatkan” oleh calon Anda? Apa yang akan Anda rasakan jika pada akhirnya Anda “tersadar”? Apa yang akan Anda rasakan jika ternyata akhirnya terjadi konflik dan ia mengatakan menikahi Anda hanya karena rasa kasihan?

Bukan niat saya untuk menakuti-nakuti Anda. Namun, saya tidak ingin Anda mengalami nasib seperti beberapa klien saya yang terlalu cepat memulai sebuah hubungan baru, yang ujung-ujungnya mengalami konflik. Dan sedihnya, mereka hanya mengulang masalah yang sama dengan orang yang berbeda. Semoga Anda tidak harus mengalami lagi.

 
Salah satu kutipan dari buku “ Menikah untuk Bahagia. Formula Cinta Membangun Surga di Rumah” karya Indra Noveldy dan Nunik Hermawati.

Tahukah Kamu?

Tahukah kamu?
Kehadiranmu membawa perubahan yang sangat berarti buatku?
Pasti kamu tidak tahu, karena memang kamu hadir tanpa rencana dan niat apapun atasku. Meski demikian, aku sangat mensyukuri kehadiranmu ini.
Kamu dating di saat yang tepat, saat aku terluka dan sayapku nyaris patah karena lelaki itu. Kamu dating menawarkan senyum dan nyaman, hanya itu. Itu pun telah mampu menghapus air mata yang pernah kuteteskan sia-sia untuknya.
Tahukah kamu?
Air mata tadinya b egitu deras ternyata mampu mongering sedemikian cepat tanpa kusadari, karena kehadiranmu. Kamu yang selalu membawa butiran tawa dalam hari-hariku, yang selalu memberikan masukan ketika aku galau akan suatu hal. Kamu yang mengajakku memerhatikan hal-hal kecil, namun ternyata memiliki arti dan makna yang sunggu luar biasa.
Tahukah kamu?
Bahwa yang semula kupikir tentang para lelaki itu ternyata salah. Tidak semua lelaki adalah pecundang seperti dia yang pernah hadir mengisi hari-hariku itu. Buktinya kamu tidak begitu. Kamu berbeda. Kamu sederhana, tapi asyik. Kamu mampu membuatku percaya lagi.
Tahukah kamu?
Tiga bulan terakhir ini sunngguh merupakan waktu yang amazing buatku. Terima kasih ya, atas segalanya. Bukan hanya untuk kemanisan yang telah kamu lakukan untukku, tapi untuk segalanya. Untuk ketegasan sikapmu menghadapi aku yang cengeng, panikan, dan tak pedulian. Untuk segala omelanmu atas keluakuanku yang minus. Untuk nasihat-nasihatmu yang luar biasa.
Terima kasih untuk setiap waktu yang telah kau luangkan untuk menemaniku sekadar berbincang dan menikmati secangkir kopi bersama, untuk setiap waktu yang telah kau berikan untuk mendampingi hari-hariku yang teramat sendu.
Tahukah kamu?
Aku begitu kehialangan saat kau mulai jarang menemani lagi hari-hariku seperti kemarin. Saat ini kamu begitu sibuk dengan segala aktivitasmu.
Tahukah kamu?
Aku sedikit bĂȘte saat kamu mulai memasukkan namanya ke dalam cerita-ceritamu kepadaku. Nama seorang perempuan yang katamu cantik, baik, cerdas, dan pertemuan tak sengaja kalian yang ternyata menjadi berlanjut dalam pertemuan yang direncanakan. Siapa sih dia? Kekasih barumu? Atau sekadar teman numpang lewat seperti teman-teman wanitamu yang lain?
Tahukah kamu?
Di depanmu, aku berusaha menyimpan rapi segala rasa itu. Rasa cemburu yang terselip saat kau memperkenalkan perempuan itu kepadaku di suatu siang saat kita bertemu di tempat biasa. Aku tahu, kita memang tidak memiliki hubungan apapun selain persahabatan. Tapi, tahukah kamu? Menurutku apa yang kita bagi selama ini adalah special?
Kupendam ego sedalam mungkin tanpa perlu kau tahu. Meskipun aku rinsu saat-saat bersamamu. Ke mana waktu berlalu? Masihkah kau mengingatku?
Tahukah kamu?
Bahwa aku mencoba untuk terbiasa kembali tanpamu. Mengisi hari-hari sepi tanpa ditemani senyumanmu, sapaan selamat pagimu, telepon mengingatkan makan siang darimu.
Tahukah kamu?
Aku begitu kaget ketika mengetahui bahwa kamu berencana untuk menikah tahun ini, dengan perempuan itu. Begitu cepat kah kamu yakin bahwa dia orang yang tepat untukmu?
Tahukah kamu?
Aku masih sangat ingat kata-katamu dulu, bahwa sayapku tak akan mungkin pernah patah lagi. Karena aku akan tumbuh menjadi perempuan yang tegar. Mungkin sayapku sedikit terluka, tapi aku yakin luka itu akan segera sembuh segera setelah aku belajar untuk mengepakkannya lagi, terbang mencari jalan pulang, pulang ke hatinya yang di jemarinya telah Tuhan ikatkan benang merah yang tersambung ke jemariku.
Tahukah kamu?
Meskipun demikian, mala mini aku ingin sekali menangis untukmu, karena aku rinsu. Bolehkah? Sebentar saja.
Sudah.
Salah satu cerita dalam buku “Hot Chocolate for Broken Heart” karya Lygia Nostalina alias Lygia Pencanduhujan.
Pernahkah kita merasakan seperti kisah diatas? Menahan rasa untuk seseorang. Rasanya berat apalagi kaget saat doi telah menaruh hatinya untuk perempuan lain. Namun setiap rasa mengajarkan makna kehidupan. Pandailah mengkaji setiap kejadian yang kita alami. Jangan sampai kita salah mengambil ilmu, bisa jadi awal kemunduran dalam kehidupan bila kita salah jalan.

“Cinta tidak berjalan di atas bumi, juga tidak melewati kepala manusia, tetapi ia menyusuri yang paling lembut dan bersemayam di dalamnya.” (Pluto)

Selasa, 24 September 2013

Mendoakanmu adalah Caraku Memelukmu dari Jauh



Ada yang berbeda pagi ini, aku merindukanmu. Aku langsung meraih handphone langsung smsmu, Ibu. Aku tak mengharap balasan darimu. Aku sadar Ibu terlalu sibuk dan mempunya alas an tersendiri hingga saat ini aku berpikir Ibu “menjauh” dariku. Tapi it’s oke. Aku memahami keadaanmu.

Sms terkirim untuk Ibu:
“ Ibu jahat cha dicuekin terus L  Cha kangen Ibu J Met aktivitas, Ibu.”

Beberapa menit kemudian, nada dering handphoneku berbunyi, sms balasan dari Ibu:
“Sorry echa ya lagi dikantor, sibuk ngurusin embarkasih haji.”

Aku kaget saat melihat sms balasan darimu, Ibu. Rasanya aku ingin langsung memelukmu. Hihihi… (mulai deh :D ) 

Pagi ku makin  berkah dan bahagia ketika Ibu menyambut smsku. Aku masih merasakan bahagia dan tenang telah mendapatkan kabar darimu. Aku rindu bahkan sangat merindu. 

Aku bahagia mendapat kabar darimu. Aku tak mengerti kenapa aku masih merindumu. Aku ingin memelukmu dengan erat. Aku yakin suatu hari nanti Allah menjodohkan kita bertemu.

Ingin bertemu meskipun hanya beberapa menit.  

Semoga Ibu Bapak selalu dalam lindungan Allah, sehat walfiat, panjang umur dalam ketaatanNya, serta bahagia sukses dunia akhirat. Aamiin

Doaku, ada untuk kalian.  
 
" Bukti cinta yang sesungguhnya adalah saling mendoakan." (Echa Kare)

Tak usah jadi perempuan bertopeng. Biarkan Catwoman saja yang bertopeng!

Judul Buku : I’m (Not) Perfect – Walaupun tidak sempurna, perempuan tetap bisa bahagia
Penulis : Dian Kristiani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2013
ISBN : 978-979-22-9465-1
Jumlah Halaman : 153
Genre : Non Fiksi

“Menjadi perempuan sempurna, siapa yang tak mau? Menjadi perempuan tak sempurna, itu manusiawi. Sedangkan bahagia, itu absolut. Jadi, perempuan, please… jangan suka menghakimi kaummu sendiri. “ ( I’m (Not) Perfect, Dian Kristiani)


Buku yang bercerita tentang 1001 curhat seru nan kocak tentang mengapa perempuan harus lebih mencintai diri sendiri dan menghargai orang lain. Pernah diserbu dengan berbagai pertanyaan biasa tapi ajib?
“Kapan nikah?”
“Kapan punya anak?”
“Loe tanya aja langsung sama Tuhan!” Emosi tingkat dewa. Hahahaha…
Bete kalau dah diserang dengan pertanyaan tersebut.hehehe… Rasanya kurang nyaman bahkan sangat tidak nyaman diserbu dengan pertanyaan tersebut. Itulah dunia wanita yang tanpa sadar menyerbu sesame kaumnya. Buku ini benar-benar menyadarkan bahwa kita harus lebih mencintai diri kita sendiri dan menghargai perasaan kaum kita, agar kita tidak ikut-ikutan menyerang dengan pertanyaan tersebut.

Perempuan akan selalu berusaha tampil “sempurna” dihadapan orang-orang sekelilingnya, pasangan, orangtua, mertua, saudara, dan teman-temannya. Tugas kita adalah tetap mendukungnya tanpa menyudutkan apabila tindakannya tak sesuai dengan kita, asalkan masih dalam koridor kebaikan.
Pernahkah  anda dibicarakan oleh teman anda dibelakang? Siapa seh yang nggak pernah? Pasti kesal kesumat bila anda dikatakan judes, jutek, sadis, pelit, sombong, dan lain-lain. Sedangkan didepan anda, ia bertampang manis. Dalam buku ini, tidak hanya menceritakan mengenai kisah perempuan dalam keluarga melainkan dalam pertemanan. Anda akan disajikan dengan kisah yang unik bahkan membuat perut Anda berdendang disko.

Menyesal bila tak dibaca plus beli bukunya! ^_^
 
“Jadilah pribadimu sendiri. Be yourself. Tak usah jadi perempuan bertopeng. Biarkan Spiderman dan Batman saja yang bertopeng!” (Dian Kristiani)