Tulisan
ini saya tujukan untuk Anda yang pernah gagal membangun sebuah hubungan. Mungkin
pernikahan yang gagal atau malah pernikahan Anda sendiri yang kandas. Anda tentu
tidak ingin mengalami masalah yang sama.
Berikanlah
waktu yang cukup bagi Anda untuk melakukan intropeksi. Berikan waktu yang cukup
untuk merasakan kesedihan Anda. Berikan waktu yang cukup untuk Anda menghimpun
kekuatan kembali untuk bangkit.
Saat
Anda mengalami kegagalan dalam pernikahan, apakah Anda sudah tahu penyebabnya?
Apakah Anda sudah belajar dari pengalaman tersebut? Banyak yang berpikir jika
sudah gagal pasti dia sudah mengambil pembelajaran dari kegagalan tersebut. Sayangnya,
hal ini tidak sepenuhnya benar. Jangan sampai Anda rugi dua kali, gagal dan
tidak mengambil pembelajaran dari kegagalan tersebut. Hal yang sama juga
berlaku jika Anda hendak membangun hubungan dengan seseorang yang baru saja
mengalami kegagalan dalam pernikahannya.
Jika
Anda terburu-buru memulai sebuah hubungan baru, mungkinkah Anda sebenarnya sedang
melarikan diri dari kesedihan akibat gagal sebelumnya? Mungkinkah Anda hanya
bisa melihat apa yang ingin Anda lihat dari calon Anda? Mungkinkah Anda hanya
melihat “kelebihan” calon Anda dibandingkan mantan Anda? Mungkinkah perasaan Anda
dan kegalauan Anda “dimanfaatkan” oleh calon Anda? Apa yang akan Anda rasakan
jika pada akhirnya Anda “tersadar”? Apa yang akan Anda rasakan jika ternyata
akhirnya terjadi konflik dan ia mengatakan menikahi Anda hanya karena rasa
kasihan?
Bukan
niat saya untuk menakuti-nakuti Anda. Namun, saya tidak ingin Anda mengalami
nasib seperti beberapa klien saya yang terlalu cepat memulai sebuah hubungan
baru, yang ujung-ujungnya mengalami konflik. Dan sedihnya, mereka hanya
mengulang masalah yang sama dengan orang yang berbeda. Semoga Anda tidak harus
mengalami lagi.
Salah satu kutipan dari buku “ Menikah untuk Bahagia. Formula Cinta
Membangun Surga di Rumah” karya Indra
Noveldy dan Nunik Hermawati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar