Rabu, 25 September 2013

Tahukah Kamu?

Tahukah kamu?
Kehadiranmu membawa perubahan yang sangat berarti buatku?
Pasti kamu tidak tahu, karena memang kamu hadir tanpa rencana dan niat apapun atasku. Meski demikian, aku sangat mensyukuri kehadiranmu ini.
Kamu dating di saat yang tepat, saat aku terluka dan sayapku nyaris patah karena lelaki itu. Kamu dating menawarkan senyum dan nyaman, hanya itu. Itu pun telah mampu menghapus air mata yang pernah kuteteskan sia-sia untuknya.
Tahukah kamu?
Air mata tadinya b egitu deras ternyata mampu mongering sedemikian cepat tanpa kusadari, karena kehadiranmu. Kamu yang selalu membawa butiran tawa dalam hari-hariku, yang selalu memberikan masukan ketika aku galau akan suatu hal. Kamu yang mengajakku memerhatikan hal-hal kecil, namun ternyata memiliki arti dan makna yang sunggu luar biasa.
Tahukah kamu?
Bahwa yang semula kupikir tentang para lelaki itu ternyata salah. Tidak semua lelaki adalah pecundang seperti dia yang pernah hadir mengisi hari-hariku itu. Buktinya kamu tidak begitu. Kamu berbeda. Kamu sederhana, tapi asyik. Kamu mampu membuatku percaya lagi.
Tahukah kamu?
Tiga bulan terakhir ini sunngguh merupakan waktu yang amazing buatku. Terima kasih ya, atas segalanya. Bukan hanya untuk kemanisan yang telah kamu lakukan untukku, tapi untuk segalanya. Untuk ketegasan sikapmu menghadapi aku yang cengeng, panikan, dan tak pedulian. Untuk segala omelanmu atas keluakuanku yang minus. Untuk nasihat-nasihatmu yang luar biasa.
Terima kasih untuk setiap waktu yang telah kau luangkan untuk menemaniku sekadar berbincang dan menikmati secangkir kopi bersama, untuk setiap waktu yang telah kau berikan untuk mendampingi hari-hariku yang teramat sendu.
Tahukah kamu?
Aku begitu kehialangan saat kau mulai jarang menemani lagi hari-hariku seperti kemarin. Saat ini kamu begitu sibuk dengan segala aktivitasmu.
Tahukah kamu?
Aku sedikit bĂȘte saat kamu mulai memasukkan namanya ke dalam cerita-ceritamu kepadaku. Nama seorang perempuan yang katamu cantik, baik, cerdas, dan pertemuan tak sengaja kalian yang ternyata menjadi berlanjut dalam pertemuan yang direncanakan. Siapa sih dia? Kekasih barumu? Atau sekadar teman numpang lewat seperti teman-teman wanitamu yang lain?
Tahukah kamu?
Di depanmu, aku berusaha menyimpan rapi segala rasa itu. Rasa cemburu yang terselip saat kau memperkenalkan perempuan itu kepadaku di suatu siang saat kita bertemu di tempat biasa. Aku tahu, kita memang tidak memiliki hubungan apapun selain persahabatan. Tapi, tahukah kamu? Menurutku apa yang kita bagi selama ini adalah special?
Kupendam ego sedalam mungkin tanpa perlu kau tahu. Meskipun aku rinsu saat-saat bersamamu. Ke mana waktu berlalu? Masihkah kau mengingatku?
Tahukah kamu?
Bahwa aku mencoba untuk terbiasa kembali tanpamu. Mengisi hari-hari sepi tanpa ditemani senyumanmu, sapaan selamat pagimu, telepon mengingatkan makan siang darimu.
Tahukah kamu?
Aku begitu kaget ketika mengetahui bahwa kamu berencana untuk menikah tahun ini, dengan perempuan itu. Begitu cepat kah kamu yakin bahwa dia orang yang tepat untukmu?
Tahukah kamu?
Aku masih sangat ingat kata-katamu dulu, bahwa sayapku tak akan mungkin pernah patah lagi. Karena aku akan tumbuh menjadi perempuan yang tegar. Mungkin sayapku sedikit terluka, tapi aku yakin luka itu akan segera sembuh segera setelah aku belajar untuk mengepakkannya lagi, terbang mencari jalan pulang, pulang ke hatinya yang di jemarinya telah Tuhan ikatkan benang merah yang tersambung ke jemariku.
Tahukah kamu?
Meskipun demikian, mala mini aku ingin sekali menangis untukmu, karena aku rinsu. Bolehkah? Sebentar saja.
Sudah.
Salah satu cerita dalam buku “Hot Chocolate for Broken Heart” karya Lygia Nostalina alias Lygia Pencanduhujan.
Pernahkah kita merasakan seperti kisah diatas? Menahan rasa untuk seseorang. Rasanya berat apalagi kaget saat doi telah menaruh hatinya untuk perempuan lain. Namun setiap rasa mengajarkan makna kehidupan. Pandailah mengkaji setiap kejadian yang kita alami. Jangan sampai kita salah mengambil ilmu, bisa jadi awal kemunduran dalam kehidupan bila kita salah jalan.

“Cinta tidak berjalan di atas bumi, juga tidak melewati kepala manusia, tetapi ia menyusuri yang paling lembut dan bersemayam di dalamnya.” (Pluto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar