Kehadiranmu
membawa perubahan yang sangat berarti buatku?
Pasti
kamu tidak tahu, karena memang kamu hadir tanpa rencana dan niat apapun atasku.
Meski demikian, aku sangat mensyukuri kehadiranmu ini.
Kamu
dating di saat yang tepat, saat aku terluka dan sayapku nyaris patah karena
lelaki itu. Kamu dating menawarkan senyum dan nyaman, hanya itu. Itu pun telah
mampu menghapus air mata yang pernah kuteteskan sia-sia untuknya.
Tahukah
kamu?
Air
mata tadinya b egitu deras ternyata mampu mongering sedemikian cepat tanpa
kusadari, karena kehadiranmu. Kamu yang selalu membawa butiran tawa dalam
hari-hariku, yang selalu memberikan masukan ketika aku galau akan suatu hal. Kamu
yang mengajakku memerhatikan hal-hal kecil, namun ternyata memiliki arti dan
makna yang sunggu luar biasa.
Tahukah
kamu?
Bahwa
yang semula kupikir tentang para lelaki itu ternyata salah. Tidak semua lelaki
adalah pecundang seperti dia yang pernah hadir mengisi hari-hariku itu. Buktinya
kamu tidak begitu. Kamu berbeda. Kamu sederhana, tapi asyik. Kamu mampu
membuatku percaya lagi.
Tahukah
kamu?
Tiga
bulan terakhir ini sunngguh merupakan waktu yang amazing buatku. Terima kasih ya, atas segalanya. Bukan hanya untuk
kemanisan yang telah kamu lakukan untukku, tapi untuk segalanya. Untuk ketegasan
sikapmu menghadapi aku yang cengeng, panikan, dan tak pedulian. Untuk segala
omelanmu atas keluakuanku yang minus. Untuk nasihat-nasihatmu yang luar biasa.
Terima
kasih untuk setiap waktu yang telah kau luangkan untuk menemaniku sekadar
berbincang dan menikmati secangkir kopi bersama, untuk setiap waktu yang telah
kau berikan untuk mendampingi hari-hariku yang teramat sendu.
Tahukah
kamu?
Aku
begitu kehialangan saat kau mulai jarang menemani lagi hari-hariku seperti
kemarin. Saat ini kamu begitu sibuk dengan segala aktivitasmu.
Tahukah
kamu?
Aku
sedikit bĂȘte saat kamu mulai
memasukkan namanya ke dalam cerita-ceritamu kepadaku. Nama seorang perempuan
yang katamu cantik, baik, cerdas, dan pertemuan tak sengaja kalian yang
ternyata menjadi berlanjut dalam pertemuan yang direncanakan. Siapa sih dia? Kekasih
barumu? Atau sekadar teman numpang lewat seperti teman-teman wanitamu yang
lain?
Tahukah
kamu?
Di
depanmu, aku berusaha menyimpan rapi segala rasa itu. Rasa cemburu yang terselip
saat kau memperkenalkan perempuan itu kepadaku di suatu siang saat kita bertemu
di tempat biasa. Aku tahu, kita memang tidak memiliki hubungan apapun selain
persahabatan. Tapi, tahukah kamu? Menurutku apa yang kita bagi selama ini
adalah special?
Kupendam
ego sedalam mungkin tanpa perlu kau tahu. Meskipun aku rinsu saat-saat
bersamamu. Ke mana waktu berlalu? Masihkah kau mengingatku?
Tahukah
kamu?
Bahwa
aku mencoba untuk terbiasa kembali tanpamu. Mengisi hari-hari sepi tanpa
ditemani senyumanmu, sapaan selamat pagimu, telepon mengingatkan makan siang
darimu.
Tahukah
kamu?
Aku
begitu kaget ketika mengetahui bahwa kamu berencana untuk menikah tahun ini,
dengan perempuan itu. Begitu cepat kah kamu yakin bahwa dia orang yang tepat
untukmu?
Tahukah
kamu?
Aku
masih sangat ingat kata-katamu dulu, bahwa sayapku tak akan mungkin pernah
patah lagi. Karena aku akan tumbuh menjadi perempuan yang tegar. Mungkin sayapku
sedikit terluka, tapi aku yakin luka itu akan segera sembuh segera setelah aku
belajar untuk mengepakkannya lagi, terbang mencari jalan pulang, pulang ke
hatinya yang di jemarinya telah Tuhan ikatkan benang merah yang tersambung ke
jemariku.
Tahukah
kamu?
Meskipun
demikian, mala mini aku ingin sekali menangis untukmu, karena aku rinsu. Bolehkah?
Sebentar saja.
Sudah.
Salah
satu cerita dalam buku “Hot Chocolate
for Broken Heart” karya Lygia
Nostalina alias Lygia Pencanduhujan.
Pernahkah
kita merasakan seperti kisah diatas? Menahan rasa untuk seseorang. Rasanya berat
apalagi kaget saat doi telah menaruh hatinya untuk perempuan lain. Namun setiap
rasa mengajarkan makna kehidupan. Pandailah mengkaji setiap kejadian yang kita
alami. Jangan sampai kita salah mengambil ilmu, bisa jadi awal kemunduran dalam
kehidupan bila kita salah jalan.
“Cinta tidak
berjalan di atas bumi, juga tidak melewati kepala manusia, tetapi ia menyusuri
yang paling lembut dan bersemayam di dalamnya.” (Pluto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar