Jumat, 16 Mei 2014

Tentangmu (lagi)

Sejak pertama hingga saat ini, kau masih mengagumi. Aku juga tak mengerti. Padahal perlahanlahan aku mendapati keunikanmu, bahkan  membuatku kesal dengan keunikanmu tersebut. Aku gemes ingin sekali aku memberitahukanmu tentang sikapmu yang nggak banget. Malahan jika orang tahu tentang hal tersebut, dapat membuat dirimu tak ternilai. 

Entah. Apa aku yang terlalu peduli? Atau memang sikapku yang tak mau melihat seseorang yang aku kenal salah bersikap. Tanpa sadar sikapmu dapat menjatuhkan harga dirimu. Tak ternilai. Bahkan manusia yang paling jahat dalam versiku.

Sikap yang terlalu cuek dan kaku dapat menimbulkan kearogansian akut. Tanpa sadar dengan mudah meremehkan orang lain. Bahkan perlahanlahan orang-orang tak betah dekat denganmu dan lari meninggalkanmu. Sebenarnya kau sadarkah hal tersebut?

Aku sudah cukup mengingatkan sikapmu tersebut. Namun apa yang aku dengar. Kau makin menjadijadi, bahkan terlalu akut. Dengan cara seperti apa agar kau dapat mengubah sikapmu tersebut. Aku yakin kau dapat berubah. Kau sudah menunjukan perubahan sikapmu tapi kenapa hanya kepada orang tertentu saja? Apalagi sikapmu padaku tak sama dengan orang terdekatmu. Kenapa dibedakan? Orang terdekatmu itu harus mendapatkan sikap baikmu, bukan hanya padaku. Mereka itu sama denganku. Yang perlu dihargai setiap apa yang mereka kerjakan. Mereka perlu diperhatikan ketika sakit. Tapi apa yang mereka dapatkan. Kau tak sedikitpun menanyakan keadaan mereka, malah kau tanyakan urusan bisnismu. Hanya bisnis, bisnis, dan bisnia.

Kau memang jahat, bahkan sangat jahat versiku. Tak peka dan nggak punya hati. Sampai kapan kau bersikap seperti itu. Aku tak mau melihat dan mendengarkanmu makin terpuruk atas sikapmu. Aku tak mau itu terjadi lebih parah. Aku bingung harus bertindak seperti apa terhadapmu. Andai saja kau mau berbagi denganku. Aku tak akan  sungkan untuk mengingatkanmu kembali. Iya. Hubungan kita tak seperti dulu. Sejak perceraian itu, seketika berubah semuanya. Terutama dirmu. Kemarahanmu. Oh tidak. Kemarahanmu yang membuatku takut. Entahlah. Aku masih teringat kemarahanmu yang luar biasa dan menakutkan.

Aku masih penasaran kenapa kau sangat marah saat itu? Aku sadar kau marah atas sikapku. Tapi biasanya tak semarah itu. Apa karena aku menyruhmu memakai topeng saat kita berjumpa? Kenapa juga kau tak memilih memakai topeng? Jika kau memakai topeng, aku tak akan marah lagi. Sebenarnya kemarin aku hanya kesal dan bingung menghadapimu. Iya menghadapimu lebih susah aku tanggani daripada menghadapi anakanak. Anakanak masih dapat diajak bicara apa maunya sedangkan diri diajak bicara sangat susah. Jadilah timbul sikapku yang kurang bersahabat. Kapankapan tolong jawab rasa penasaranku ya.  Cerita tentangmu tak ada habis-habisnya. Dan aku selalu tak tentangmu padahal aku tak mencari tahu tentangmu. Hufhhh....

Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar