Sabtu, 03 Mei 2014

Antara Sedih dan Bahagia

Nada dering sms handphoneku berbunyi. Tertera nama temanku, Jube. Sms Jube " Ditinggal nikah gimana rasanya?"


Hatiku langsung menuju memori yang sedang berlangsung. Iya. Aku sedang merasakan apa yang ditanyakan temanku. Bedanya, aku sudah tahu sejak beberapa tahun yang lalu. Dan kabar tersebut aku dengar kembali akhir tahun 2013, disaat aku sedang merayakan kemenanganku meraih kelulusan setelah dua tahun pendidikan kutempuh. 

Jika ditanya rasanya bagaimana? Aku hanya dapat menangis. Dan otomatis, ada rasa sakit dan kecewa. Karena sebelumnya kita tidak ada masalah apaapa, bahkan aku sering menanyakan sudah ada yang calon untukmu dari orangtuamu atau orang asli kotamu. Keluarganya meminta agar menikah dengan orang sedaerah. Aku sadar betul dengan posisiku. Meskipun aku berusaha dalam titik sadarku, tetap saja perasaan bermain. Alhasil, ketika ia mengatakan aku akan tunangan bulan februari dan menikah awal mei. Deg! Aku hanya diam kaku. Entah, apa yang dia pikirkan dengan mudahnya berkata seperti itu. Sedih? Jelas. Namun bukan berita pernikahan dia yang membuatku sedih, melainkan kebohongan dia menutupi kehadiran wanita lain dan tetap menjalin hubungan denganku, bahkan berusaha menyakinkanku untuk tetap bertahan. Dengan mudahnya berkata hal tersebut. Hanya butiran airmata yang tak dapat aku bendung. Pikiranku terpecah-pecah. Aku harus fokus dengan wisudaku dan menyambut kedatangan keluarga besar. Impian yang dia tanam dan menyakinkan. Hanyalah tinggal kenangan yang kelam.

Namun, kabar pernikahan dia ini bukanlah yang pertamakalinya. Dulu, ia pernah berkata serupa. Wah... Aku sangat kaget dan parah. Iya. Aku harus dengan segap mengendalikan diriku akan berita hal tersebut. Dan berdamai dengan diri sendiri memang tak mudah. Butiran air mata yang berharihari mengalir, tak akan pernah tergantikan. Aku hanya dapat lari kepelukanNya. Hanya Dia yang dapat menenangkanku. Hanya Dia yang memiliki jagad raya dan pemilik hati.

Sejak berita pernikahannya berkumandang. Akhirnya pagelaran yang mereka rencanakan ditampilkan. Sms undangan pernikahan telah mampir di layar handphoneku. Ada ejaan namanya dengan wanita lain. Aku jadi ingat sesuatu. Apakah sama dengan wanita itu yang ada di facebooknya beberapa waktu yang lalu? Aku lupa persisnya waktu kapan. Apakah sebelum berita itu disampaikan atau sebaliknya? Segera aku selancar. Aku ketik nama sang wanita. Nah. Ketemu. Ternyata benar. Dia adalah orang yang disembunyikannya selama ini. Lagilagi feelingku bermain dan benar. Feeling makin terbiasa kita asah, maka kita makin peka. Hmm.. aku tak abis pikir dengan mudahnya kau mebalikan semuanya. (Maklum aku memposisikan diriku sebagai korban. Jadi aku akan menyalahkan si pelaku)

Ditambah lagi menjelang hari pernikahanmu. Tibatiba kau hadir kembali, sejak kau mengatakan berita tsb. Aneh. Kau katakan "masih ingat, masa lupa". Kenapa pula kau mengingat aku? Sudah tak ada gunanya. Ingat saja wanitamu. 

Aku tak mengerti bagaimana rasaku saat ini? Apalagi hari ini, ia berikrar dan bukan untukku. Tidak ada niat, aku menandai hari pernikahannya, bahkan aku tak mau ingat. Eh. Tibatiba kakaknya sms aku mengingatkan hari ikrarmu. Tumpahlah seketika butiran airmata. Kadang aku berpikir apa kakaknya tak berpikir tentang hatiku ketika aku menerima sms tersebut. Aku tahu kakaknya taka da maksud apa-apa, hanya ingin membagi kebahagian. Tapi bukan kebahgaian yang aku dapat setelah kau mengirimkan sms tersebut. File antara aku dan dia, satu persatu terbuka makin lebar. Padahal aku berusaha menutupnya erat-erat dan aku kunci. Yang berefek dengan kesehatanku. Seketika demam menyerangku dengan suhu yang sangat tinggi. Ah. Kau tak akan mengerti dan paham dengan situasiku.

Aku juga kecewa dengan saudaranya. Pertemanan kita dihapus. Apa takut aku akan mengganggu adikmu?Oh No. Emangnya tidak ada lagi lelaki selain dia. Plis deh. Sikapnya tak mencerminkan apa yang diajarkan oleh agamanya. Bahkan orang menyebutmu dengan aktivis dakwah. Dengan sangat kercil berpikiran sepicik itu. Ah. Semoga apa yang aku pikirkan salah. (Lagilagi aku menempatkan diriku sebagai victim ) Aku sangat kecewa dengan sikapnya tersebut. Padahal aku sudah terlanjur sayang pada mereka. Aku hanya dapat menangis ketika merindukan mereka. Aku hanya sekedar mengirimkan sms "aku kangen", meskipun sangat jarang merespon. Tak apa. Yang penting mereka tahu bila aku merindukan mereka. Mungkin mereka berpikir aku hanya cari muka dan menginginkan menjadi bagian dari keluarga mereka. Itu salah besar. Aku sadari aku mengenal mereka, awalnya adalah karena anaknya. Tapi bukan karena itu aku menyayangi kalian. Aku juga tak pernah mengerti kenapa aku menyayangi kalian. Aku pun tak lupa menuliskan nama kalian di tanah haram ketika aku umroh kemarin. Aku berdoa kepadaNya untuk kebahagian kalian dan menginjakkan kaki ke tanah haram. Terkadang aku ingin sekali, kalian menghubungiku meskipun sekali. Tapi itu mustahil dan tak kunjung aku dapati. Ya sudahlah. Perlahanlahan aku akan menjauh dari kalian, meskipun rasa rinduku makin menimbun. Hanya baitbait doa dan air mata saat kusampaikan padaNya.

Aku sadar bahwa apa yang sudah kita lalui sudah diatur cantik oleh Sang Pemilik Cerita. Ia telah merancang episode yang indah, sebelum kita lahir dan tercatat di kitab. Episode denganmu adalah episode yang harus aku jalani. Bagiku, kau tetaplah baik dan mulia, sejak awal kita jumpa hingga kini. Aku hanya dapat berdoa agar kau dapat berjuang mengarahkan kapalmu dengan baik, diantara ombak-ombak yang terjang disamudera. Kau tetap berjuang menjadi insan yang lebih baik, hebat, dan mulia serta bahagia. Aku ingin melihatmu makin bahagia dengan pilihanmu. Aku akan kecewa jika aku mendengar kau makin terpuruk. Terimakasih telah menjadi guru terbaikku untuk mengenal kehidupan. Kalian adalah kenangan yang tak terlupakan.
 
 
Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar