Minggu, 20 April 2014

Tangisan di Hari Senin

Apa yang sedang terjadi padaku seminggu terakhir ini? Kepalaku terasa berat. Aku belum menemukan apa penyebabnya. Kerjaan? Sepertinya bukan. Aku tak mengerti. Cenat cenutku makin tak terarah. Penyebabnya apa? Aku belum mampu terdeteksi.

Aku mulai mengajak diriku berdialog. Aku bertanya diriku sendiri. Apa yang sedang kau pikirkan? Aku masih belum tahu jawabanya. Aku belum pernah merasakan uring-uringan seperti ini. Aku tanyakan kembali "Apa yang sedang kau pikirkan?" Lagilagi aku belum menemukan jawabannya. Aku terus bertanya kembali "Apa yang sedang kau pikirkan?" Entah kenapa airmataku mengalir dengan deras. Aku mulai tersadar bahwa aku memikirkanmu.Iya. Tentang kamu. 

Aku tak tahu kenapa kau hadir kembali? Disaat pagelaranmu akan diselenggarakan. Aku berusaha menolak pemikiran tersebut. Memori tentang kita, satu persatu datang membuka semua file antara aku dan kau. Aku tak mengerti kenapa kau hadir kembali. Apalagi airmataku sudah lama tak menetes, namun sekarang airmataku deras mengalir. 

Aku tak mau mengingat tentang kita. Apalagi menandai hari-mu, aku tak mau mengingat. Aku tak tahu apakah aku sudah ikhlas melepaskanmu atau tidak? Aku tak tahu. Aku tak mengerti apa yang sedang aku rasakan sekarang. Hanya itu.

Rasa sakit? Aku sudah tak merasa sakit.
Rasa marah? Aku sudah tak marah padamu.

Aku tak mengerti yang terjadi saat ini. Aku hanya ingin menangis. Marah pada diriku sendiri yang masih "rapuh". Aku pikir sudah tegar namun tetap saja rapuh. Buktinya airmataku terus mengalir. Aku tak mengerti ada apa dengan ini semua.

Tibatiba handphoneku, nada sms berdering. Aku melihat ada nomor tanpa nama. Sepertinya aku kenal. Nomormu sudah tak aku simpan dan sms tersebut darimu. 
"Ada makanan yang namanya kare", pesan singkatmu.

Disaat aku menemukan penyebabnya adalah kamu. Kamu hadir nyata dengan pesan singkat yang isinya nggak penting. Ada sedikit bahagia bahkan dapat membuatku tersenyum sejenak. Jemariku langsung membalas "Cie yang lagi ingat", sms terkirim.

Nada sms berbunyi dan balasanya darimu "Masih ingat lah, masa lupa". Deg! Kenapa juga kamu ingat tentangku, gumamku dalam hati. Sudahlah. Tak perlu ingat-ingat aku lagi. Bentar lagi kau akan berikrar dengan yang lain. Semua ikrar yang kau janjian denganku sudah terhapus dan lenyap. 

Aku tersadar kau hanya mengalami sindrom pranikah. Sindrom pranikah tidak hanya dialami oleh salah satu calon pengantin wanita. Ternyata lelaki juga mengalaminya, sepertimu. Lelaki yang akan menikah akan merasakan kegalauan dan menghubungi wanita yang pernah bersamanya. Entah, ada apa sang lelaki menghubungi wanita yang pernah singgah dihatinya? Aku belum tahu jawabannya. Bahkan hanya sekedar meminta maaf karena telah menyakiti si mantan. Namun tak semua calon mempelai lelaki mengalami sindrom tersebut. Aku juga tak mengerti maksudmu bersikap seperti itu.

Bulan April ini, kau hadir dan rajin menghubungiku. Hanya sekedar basa basi karena file  tentang kita terbuka. Sudahlah. Fokuslah dengan pilihanmu. Aku menghargai pilihanmu. Sejak kau putuskan mengakhiri mewujudkan impian kita bersama. Aku sudah menerima keputusanmu meskipun hanya sepihak dan tak mengerti apa yang kau rasakan saat itu. Kau tanpa beban mengakhiri dan memberitahukanku rencanamu dengannya. Aku tak mau mengingat kembali. 

Aku hanya ingin menikmati hidupku tanpamu dan tanpa impian kita. Aku hanya ingin menikmati hidupku dengan orangorang yang menyayangiku. Aku tak mau berkutat dengamu kembali. Kita hidup dengan dunia masingmasing. Aku berharap kau bahagia dengan pilihanmu. Aku bahagia dengan hidupku.

Jika kau mengingatku, cukup doakan aku. Tak perlu menghubungikku kembali. Mendoakan adalah bukti cinta yang sesungguhnya. Terimakasih telah hadir dalam hidupku. Aku bangga telah mengenalmu. Tetaplah berusaha menjadi lebih baik dan hebat untukNya dan makhluknya. Terimakasih Tuhan telah hadirkan ia dalam kehidupanku. :) 


Jiwa, 21 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar