Jumat, 04 April 2014

Tentang Kamu


Raut wajahmu sudah menunjukan bahwa kau marah. Namun kau hanya diam dan berkata "Tidak marah". Bahkan kau mencari titik pandang menolak tatapanku. Aku hanya ingin kau ungkapkan bahwa kau marah padaku.

Aku bersikap keras bahkan kasar, selain mengungkapkan rasa kekesalanku atas sikapmu, sisi lain aku ingin melihatmu marah. Aku menunggu moment ketika kau berani mengutarakan marahmu. Aku tahu kau sangat susah mengungkapkan marahmu. Marahmu hanya diam, diam, diam, dan didukung bahasa tubuhmu yang tak ingin bersama. Aku tahu itu.

Kali ini, aku ingin membantumu agar kau dapat meluapkan rasa marahmu. Kau hanya diam, diam, diam, dan hanya mengeluarkan sedikit kata. Bahasa tubuhmu sudah ingin segera pergi dariku. Disaat aku terus menanyakanmu "Silakan marah! Ungkapkan! Manusia wajar untuk marah". Tetap saja. Kau mendiam.

Dan akhirnya, kau memutuskan untuk meninggalkanku. Alasanmu, saya masih ada rapat. Aku tahu itu hanya alasanmu agar tak "tertekan" pertanyaanku. Aku juga tahu bahwa kau ada jadwal selanjutnya, dan bukan ada rapat. Raut wajahmu dan bahasa tubuhmu tidak dapat dibohongi. Kau mulai kebingungan bersikap menghadapiku.

Marahmu masih tetap berlanjut, saat kita bertemu kembali. Iya, bertemu setelah kau memutuskan untuk break. Raut wajahmu masih tersimpan kemarahan dan kekesalan terhadapku. Aku menyadari sikapku telah membuatmu tidak nyaman. Aku bersikap mempunyai sebab dan ingin mengingatkanmu agar menjadi lebih baik, terutama dapat menghargai orang. Aku sadari caraku yang terakhir salah. Aku sudah berusaha menggunakan cara terhalusku, lamalama sedikit frontal. Alhasil, sikapku menumbuhkan kemarahanmu.

Kemarahanmu masih tersimpan rapi. Sikapmu berubah total. Aku paham tentang kemarahanmu. Aku juga akan bersikap sama, jika dihadapkan pada posisimu. Aku telah menawarkan berkalikali agar kita dapat duduk bareng dan menemukan solusi terbaik untuk masingmasing. Apa reaksimu? Hanya diam. Tidak ada respon. Hadeuhh... Hobbymu, terdiam, diam, dan mendiam.

Kau, sosok yang unik bin aneh. Tuhan mengirimkanmu dalam kehidupanku, pasti mempunyai visi dan misi. Entah tentang apa, aku belum menemukan. Terimakasih kau melatihku kembali untuk bersabar, bahkan menahan emosiku, meskipun ujungujungnya aku meledakledak. Terimakasih kau tetap sabar menghadapiku, terutama kebawelanku. Dan kau hanya membalas dengan senyuman. Cerita indah tentang kita. Terima kasih telah membuat cerita dalam kehidupanku.


April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar